Gagasan Prasejarah, oleh Truman Simanjuntak




Selamat pagi Bapak Ibu Editor Umum dan Jilid,
Saya sudah menerima keputusan dari Editor Umum bahwa penulisan "Sejarah Indonesia" akan tetap menggunakan "Sejarah Awal", menggantikan "Prasejarah", untuk Jilid 1. Saya sangat prihatin dengan keputusan ini, karena tidak melihat konstelasi dunia keilmuan serta spektrum dampak yang mungkin ditimbulkannya. Tentu sebagai prasejarawan yang puluhan tahun menggeluti prasejarah di lingkup nasional dan internasional, saya secara tegas tidak setuju dengan keputusan ini, hingga menyatakan mundur dari editor Jilid 1.

Beberapa alasan penolakan saya, sebagaimana juga saya utarakan dalam rapat lengkap editor yang lalu:

1. Menggantikan Prasejarah dengan "Sejarah Awal" sama dengan menghapuskan istilah dan ilmu prasejarah dari nomenklatur keilmuan, sebuah keputusan yang betul-betul aneh, hanya, dan baru kali ini terjadi di Indonesia. Sebelumnya dalam penulisan buku berjilid Sejarah Indonesia tidak ada dan tidak pernah ada yang mempersoalkannya, bahkan di dunia ilmu pengetahuan sekalipun prasejarah bagian dari dunia ilmu pengetahuan. Jujur, bagi saya ini sebuah ekspansi suatu disiplin keilmuan terhadap disiplin lainnya.

2. Kita harus membedakan "sejarah" sebagai sebuah teminologi dan cakupan studi sejarah sebagai ilmu. Berbeda: terminologi sejarah secara umum mengait dengan kehidupan masa lampau, tetapi tidak seluruh kehidupan masa lampau diteliti sejarah sebagai disiplin ilmu. Ada disiplin lain yang meneliti sebagian, yaitu Arkeologi, khususnya Prasejarah. Ini berlaku tidak hanya di Indonesia, tetapi global di seluruh dunia.

3. Dalam kaitan no. 2, ilmu pengetahuan sangat tegas membedakan Ilmu Prasejarah dan Sejarah, baik dari sudut ontologi (apa yang diteliti), lebih-lebih dari sudut epistemologi (bagaimana meneliti). Di sini hendak dikatakan bahwa aspek temporal-kultural dan metodologi berbeda atau membedakan lingkup studi keduanya - walaupun sama-sama mempelajari kehidupan manusia masa lampau. Atas dasar ini, dalam konteks penulisan buku berjilid "Sejarah Indonesia" (perspektif terminologi), penulisan jilid masa prasejarah mestinya ada - sebagaimana dalam penulisan buku-buku berjilid sebelumnya - lebih-lebih prasejarah kita melingkupi hampir seluruh rentang kehidupan manusia di Indonesia (kurang lebih 99%). Ibarat pohon, prasejarah mencakup akar, batang, dan dahan; sementara sejarah menyangkut pucuk dahan, jadi prasejarah tidak layak dihilangkan.

4. Konsekwensi lanjut dari penghilangan prasejarah, jilid 1 akan ditulis dari perspektif sejarah oleh para sejarawan yang menerapkan pendekatan atau metodologi sejarah, bukan dari perspektif prasejarah oleh prasejarawan. Akan tidak logis jika sejarawan mengajak prasejarawan dan keahlian terkait menulis "Awal Sejarah" yang menggunakan paradigma dan pendekatan yang berbeda (sejarah). Yang ingin saya katakan di sini penghilangan prasejarah dalam sejarah Indonesia sama dengan menghilangkan ilmu prasejarah dan menutup kontribusi prasejarawan dalam penulisan sejarah perjalanan manusia dan budaya Nusantara.

5. Dunia keilmuan dan masyarakat global sangat memahami dan mengakui eksistensi Prasejarah (Prehistory). Tidak mengherankan jika terminologi dan ilmu prasejarah build-in dengan ilmu pengetahuan. Terminologi prasejarah ada dalam nomenklatur keilmuan dan dengan mudah pula dijumpai di kamus kamus dan ensiklopedia. Berbeda dengan sebutan "sejarah awal" yang tidak ada dan tidak dikenal. Terminologi prasejarah sangat dikenal luas di semua kalangan intelektual hingga masyarakat umum.

 

Eksistensi bidang keilmuan prasejarah sangat jelas tampak pada kelembagaan- kelembagaan yang menaungi keberadaan, pemasyarakatan, dan pengembangannyainternasional. Sebut saja beberapa di antaranya, yaitu: Pusat Studi Prasejarah dan Sejarah, BRIN; The International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences (UISPP) yang dibentuk para prasejarawan dunia tahun 1932; dan International Academy of Prehistory and Protohistory. The International Congress of Anthropology and Prehistoric Archaeology; Indo-Pacific Prehistory Association (IPPA) yang dibentuk tahun 1976; dan Asosiasi Prasejarawan Indonesia. Prasejarah juga termasuk materi- ajar arkeologi penting di bidang pendidikan dari sekolah menengah hingga Perguruan Tinggi. Kesemua ini menunjukkan Indonesia dan dunia umumnya menerima apa yang disebut prasejarah dan ilmu prasejarah, serta tidak pernah mempersoalkan eksistensinya.

Kata akhir, berdasarkan poin-poin di atas, menjadi jelas bahwa prasejarah dan sejarah dua bidang keilmuan yang berbeda dan tidak selayaknya tang satu mengeliminasi yang lain. Akan menjadi aneh juga lagi jika keputusan penggantian ini mengikuti atau meminta konfirmasi dari politisi. Tidak pantas dan tidak layak, di sini integritas keilmuan kita diuji.

 

Demikian Bapa dan Ibu Editor Umum dan jilid, dengan keputusan menggantikan "Prasejarah" dengan "Sejarah Awal" untuk buku Jilid 1, saya mengundurkan diri sebagai editor dan kontributor. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan, baik menyangkut sanggahan-sanggahan yang saya sampaikan, ataupun perilaku sejak mengikuti rapat-rapat hingga pengambilan keputusan. Ajakan saya, mari kita tetap teguh pada integritas keilmuan kita, sambil tetap bekerjasama dalam kesetaraan dengan para ilmuwan di bidang lain. Sesaat lagi perkenankan saya undur diri dari WAG Editor ini. Terima kasih.

Jakarta, 22 januari 2025.
Truman Simanjuntak
Prasejarawan Indonesia.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama